tag:blogger.com,1999:blog-361184952024-03-06T19:57:36.518-08:00Binocular Telescoperead every words beyond the viewfinder...binoculartelescopehttp://www.blogger.com/profile/00132176678396285464noreply@blogger.comBlogger31125tag:blogger.com,1999:blog-36118495.post-22168137832201441852009-08-31T22:35:00.000-07:002009-08-31T23:36:40.149-07:00meja makanRasanya ingin lagi duduk di meja makan bersamanya, di rumah menaranya. Hidangannya tidak pernah tampak mewah, tapi apa pun yang tersaji di atasnya tidak pernah mengecewakan. Kalau tak berselera, kubuka saja kulkasnya dan semua makanan mengejutkan ada di sana.<br /><br />Lalu kami duduk di sofa menghadap televisi, sambil mengelu-elus kucing mirip rongrong yang mendengkur malas. Dia menjatuhkan badan dan kepalanya di badannya, sementara kaki-kakinya menendang-nendang kecil ke pahaku. Kapan terakhir dia mandi, tanyaku. Hari Senin kemarin, kamu tidak lihat pita baru yang melingkar di lehernya, dia menjawab. Pita itu merah dengan motif kucing-kucing kecil, dan ada liontin lonceng di tengahnya. Dia bercerita tentang hari-harinya yang membosankan, aku bercerita tentang hari-hariku yang kepanasan.<br /><br />Hingga larut malam kami berbincang sampai aku terlalu malas untuk beranjak. Tapi aku harus pulang, karena ini bukan akhir pekan. Akhir pekan bukan milikku, dia bersama yang lain meski lewat telepon.<br /><br />...hhh...<br />jadi...aku apa baginya?<br /><br />Dan semalam aku berjanji untuk datang ke rumah menaranya, duduk di meja makannya, menyantap hidangan tak istimewa itu. Lalu, kami akan duduk di sofa depan televisi sambil mengelus-elus kucing yang mirip rongrong. Dia mendengkur di antara kami. Aku pasti terbang ke sana.<br /><br />....sampai kapan, lik?....<br /><br />NB: untuk dia yang selalu jadi alasan aku rela meninggalkan semuanya...binoculartelescopehttp://www.blogger.com/profile/00132176678396285464noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36118495.post-49744645257766659832009-07-29T00:25:00.001-07:002009-07-29T00:25:54.120-07:00huee....Mau nulis apa ya...<br />ntar aja lah, kalo ada ide.binoculartelescopehttp://www.blogger.com/profile/00132176678396285464noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36118495.post-61418185585082332992009-06-16T21:17:00.000-07:002009-06-16T21:28:36.217-07:00perhatian!!jangan pernah paksa saya untuk menerima amplop-amplop menjijikkan itu, kalau tidak mau melihat saya melemparnya persis ke wajah anda!!<br /><br />ingat!!binoculartelescopehttp://www.blogger.com/profile/00132176678396285464noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36118495.post-37523139263957321002009-06-14T21:38:00.000-07:002009-06-14T23:57:44.520-07:00Amplop Sore ItuX: Rul, kamu duluan aja ke taksi sama mas Y (fotografer-red).<br />Saya: oke!<br />(lalu saya berjalan cepat menuju taksi, dan terdengar percakapan basa-basi janggal)<br />Pak Z: makasi ya, ini ni...(sambil mengeluarkan amplop putih dari dalam saku celana)<br />X: nggak, nggak usah pak, kami sudah ada<br />Pak Z: ah, sudah lah, ambil saja, buat ongkos<br />X: nggak usah pak, saya jadi nggak enak<br />Pak Z: ambil saja, jangan gitu, dong...<br />X: waduh saya jadi nggak enak nih pak....makasi ya pak...<br /><br />Adegan itu tidak saya lihat tapi tertangkap telinga sambil saya buru-buru masuk ke dalam taksi. Ketika dia masuk taksi, wajahnya sudah sumringah. Sesekali dia membuka tasnya, dan memeriksa sesuatu di dalamnya. Lalu sepanjang jalan, kami mengobrol dengan santai dan penuh tawa.<br /><br />Katakan saya naif, bodoh, culun, terlalu idealis, dan apapun itu. Tapi coba tolong saya untuk bertahan pada prinsip amplop-amplop itu jauh dari hidup saya. Aneh saja ketika saya lihat dengan mata kepala sendiri rekan kerja menerima amplop itu. Mungkin saja di kantor-kantor terdahulu ada rekan yang terima, tapi tidak di depan mata saya.<br /><br />Karena saya berdiri di atas prinsip yang saya junjung tinggi.binoculartelescopehttp://www.blogger.com/profile/00132176678396285464noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36118495.post-19845932355780338912009-05-24T23:43:00.000-07:002009-05-24T23:52:24.413-07:00Risiko si Bangsat<p>Satu sudah takluk. Kami bicara empat mata dalam ruang kecilnya, pada pukul 7.00 jumat malam. aku utarakan semua tentangku, siapa aku, apa yang aku lakukan, tentang hibernasi berkepanjangan ini. Lalu dia menangis, seoalah saya adalah satu yang berani diantara ribuan yang jadi pengecut di sini.</p><p>Mungkin aku salah menutuskan ini terlalu dini? tapi apakah aku punya kesempatan lain lagi? aku rasa tidak. Dan ini memang menjadi konsekuensi seorang pembohong yang keluar dari perusahaan raksasa, perusahaan yang bisa memberiku harta, prestise, dan semua mimpi untuk tetap memegang notes kecil dan pulpen. Tapi...aku adalah bangsat. Ini soal prinsip kejujuran.</p><p>Lalu, apakah aku akan mati di majalah ini? aku tidak tahu, bahkan aku tidak mau memikirkan itu. Yang aku tahu, bahwa semua yang aku tulis adalah tentang Golf. sempit memang, tapi itu adalah konsekuensi bagi seorang yang hanya punya pengalaman sebentar-sebentar di beberapa perusahaan. Kata orang aku bisa menjual diri, tapi hey! tidak sama sekali!</p><p>Jadi, aku akan tetap pada pendirian ini. Menjadi diri sendiri, melonggarkan keinginan semu. Ya, aku punya keinginan, ya ak ingin jalan-jalan keluar negeri. Tapi dengan sebuah kebebasan yang aku taruh di ransel atau di sela-sela buku perjalanan. Atau di dalam tas kameraku. Lalu suatu saat, kata Nuki, aku bisa menolong anak-anak miskin di India. Kalaupun tidak menolong, aku hendak memotret mereka, lalu memperlihatkannya pada dunia.</p><p>Itu semua sudah cukup. Majalah ini memberiku gaji lumayan, tinggal bagaimana aku mengatur keuanganku.</p><p>Kalau pun aku tidak menjadi apa-apa, itu adalah sebuah risiko seorang bangsat yang terus menerus tidak dewasa.</p><p>Itulah aku.</p>binoculartelescopehttp://www.blogger.com/profile/00132176678396285464noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-36118495.post-72896079474805132952009-05-13T08:16:00.000-07:002009-05-13T08:31:41.771-07:00Mimpi Summer CampSeperti tidak ingin melepas masa itu rasanya, dan hanya tersenyum miris kala melintas jalan-jalan utama Jogja. Ini seperti candu untuk tetap mengenangnya, meski dia hanya bekas-bekas yang usang dan tak guna untuk diurai.<br /><br />Malam itu saya melintas dari Hotel Pheonix menuju Bale Raos di Tamansari dengan becak. Menyusur Malioboro, melewati Pajeksan, Mirota, Bakmi Pele, Masjid Gedhe, membuat semua jejak itu hanya sejengkal untuk digapai. Itu semu, saya tahu.<br /><br />Ya, kamu benar, summer camp bangsat itu lagi....<br />Bahkan saya sudah kehilangan kata-kata untuk mengatakan betapa saya rindu sekali kepada mereka, betapa saya bangga sekali bertemu dengan mereka, betapa saya hanya jadi yang terbangsat diantara mereka.<br /><br />Mereka menganggap saya teman, itu saja, lebih dari cukup.<br /><br /><br />PS: semua untuk 10 dari 11binoculartelescopehttp://www.blogger.com/profile/00132176678396285464noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36118495.post-11311060696783267012009-04-28T22:36:00.000-07:002009-04-28T22:37:16.910-07:00Cepat-cepat!<p>Bisa minta tolong cepat...</p><p>Saya Sudah muak di sini...</p>binoculartelescopehttp://www.blogger.com/profile/00132176678396285464noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36118495.post-16040822156009332462009-04-13T23:31:00.000-07:002009-04-13T23:45:17.841-07:00Tempat TinggiKalau saya tidak akan memijak di ketinggian ini dalam waktu lama, maka saya harus mengenyah diri ke tempat yang lebih rendah, hina, menjijikkan. Bagi sebagian mata. Bahkan bagi mereka yang begitu dekat masih menganggap aku adalah sebongkah batu yang berombang-ambing gamang.<br /><br />Tapi tidak, untuk sekali ini, saya sudah menyadari siapa saya, apa mau saya. Terlambat? Tapi tidak akan ada kata terlambat untuk memanggil lagi hati saya yang tersangkut di ujung jalan sana.<br /><br />Ayo tutup mata dan telinga, lalu buat semua karyamu untuk mereka-mereka agar tahu siapa kamu.binoculartelescopehttp://www.blogger.com/profile/00132176678396285464noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36118495.post-1383735941167076302009-04-02T01:53:00.000-07:002009-04-02T02:15:30.440-07:00lima tahun lagi<p>aku pada lima tahun ke depan.<br />masih sama dengan apa yang aku tulis di secarik kertas itu di Cisarua, 2006 silam, ketika satu-satu kami harus tidur di satu tenda reyot bercahaya lilin yang hampir mati apinya.</p>binoculartelescopehttp://www.blogger.com/profile/00132176678396285464noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36118495.post-89710014033800539502009-03-31T20:43:00.000-07:002009-03-31T20:46:30.381-07:00Ayo Mulai!<p>Ah...<br />Kali ini saya benar-benar melemaskan tangan, menyerah, dan memulai lagi...<br /></p><p>-Dengan mengucapkan nama-Nya yang maha pengasih lagi maha penyayang-</p>binoculartelescopehttp://www.blogger.com/profile/00132176678396285464noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36118495.post-43666375596841597692009-03-27T13:26:00.000-07:002009-03-27T13:37:01.000-07:00Sapardi-Ari-RedaKetika satu malam bersama puisi Sapardi dan nyanyian Reda.<br />Saat punggung ini hanya ingin disandarkan pada dinding tangga, atau sesekali merebahkan dagu di atas meja bundar itu.<br />Di satu tiang aku bersandar, menikmati Hujan Bulan Juni, setelah memotret Ari-Reda yang bernyanyi di bawah payung hitam berhujan merah.binoculartelescopehttp://www.blogger.com/profile/00132176678396285464noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36118495.post-28141977527319992302009-03-24T02:21:00.000-07:002009-03-24T03:01:03.322-07:00Lekas-lekasKatanya aku akan mati sangat segera. Karena badanku bergerak tanpa jiwa yang menopang. Jadi, kalau aku tidak mau mati segera, maka segera lah aku memanggil jiwa yang sedang terbang ke sudut-sudut terlupakan di Banyumas, mungkin hingga Bengkalis.<br /><br />Segera sama dengan bergegas. Bergegas itu sama dengan ketika jarum panjang di jam dinding samping kiriku berada tepat di angka 12. Lalu, kau harus mematikan laptop di depan ini, mencabut sakelar, dan mengucapkan "Ittekimasu", meski yang mau kau ucapkan adalah "Sayonara". Bergegas berarti kau lekas-lekas menyiapkan ongkos untuk dua kali bus dari Cikini ke Mampang. Atau, kalau sekarang, lekas-lekas menghidupkan mesin sepeda motor.<br /><br />Sama saja ketika aku harus segera mengembalikan jiwaku yang sedang mabuk cinta keparat bedebah di atas pohon. Ya, karena terlalu romantis buat jiwaku untuk bercengkrama di atas tumpukan awan putih. Awan putih itu , sependengaranku, seperti "Kasih Putih" yang dilantunkan Glenn Fredly. Nah, pada penjelasan itu lah jiwaku tak pantas menikmati awan putih. Dia hanya pantas di atas pohon. Pohon Mangga yang buahnya sudah ranum.<br /><br />Karena jarum panjang sudah bergerak ke angka 1, maka aku harus segera.<br />Maaf, aku belum bisa menemukan di mana jiwaku....binoculartelescopehttp://www.blogger.com/profile/00132176678396285464noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36118495.post-13467881922270915932009-03-23T02:49:00.000-07:002009-03-23T09:40:47.497-07:00PulangDinding itu kelabu, tapi masih kulihat setitik hijau di anataranya. Seperti itu yang aku rasakan ketika semua sudah bergerak menuju semesta yang tak lagi baku. Semesta itu bukan bumi dan planet-planet lain yang berputar di tata surya. Semesta itu adalah semua sistem yang menggerakkan tubuhku, semua sistem yang membuatku melamun saat melintas Harrismith, Free State.<br /><br />Ini riuh, tapi aku tidak menapak bersama mereka. Sepeti gagak yang mencengkeram pundakku. Ingin meronta, tapi tidak bisa, hingga aku diam saja. Dibawanya aku terbang, tanpa ada niat untuk melepaskanku hingga terjatuh bebas. dan si gagak terus saja membawaku berputar di tebing-tebing Harrismith.<br /><br />Bangun!<br />Katamu aku tidak bisa bangkit, dan kamu salah! Setebal apa pun baja itu, akan aku tembus meski hidung ini akan berdarah untuk kedua kalinya.<br /><br />Saatnya pulang, kisanak....binoculartelescopehttp://www.blogger.com/profile/00132176678396285464noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36118495.post-41112607999220016642009-03-22T20:56:00.000-07:002009-03-22T22:07:05.131-07:00Surat BaruUm..hai apa kabar...?<br />Kau masih ingat aku, bukan? Tolong jangan lupakan aku, karena kini aku ingin kembali. Kalau boleh aku bertanya, apa yang kau lakukan selama lebih dari setahun aku tidak pernah menyapamu?<br />Kau bertanya kenapa tiba-tiba aku menghampiri? Ehm, beri aku waktu untuk menjelaskan. Kemarin aku membuka blog temanku, Virgo. Dengan singkat dia menuliskan "SHE complains a lot". SHE adalah sebuah halaman celotehan anak itu. Teringatlah aku kepadamu. Hei, aku punya teropong dan teleskop yang tersimpan di antara tumpukan beban di ginjalku yang usang. Kuharap masih bisa kuseka debunya, lalu kuletakkan lagi di tempat yang damai. Begitulah, maka aku membukamu hari ini. <br /><br />Benar, aku telah bercinta dengan yang lain. sebuah halaman yang seksi, yang bisa menempatkan semua rekaman visual dari balik lensaku dengan lebih menarik. Maaf, mungkin dulu aku berpikir kau tidaklah lagi menarik buatku. Tapi masih bolehkan aku menengokmu sekali-kali? Kalau kau masih tak terima, aku tak akan sering-sering menyapamu. Cukup di waktu-waktu yang akan kita sepakati. Bagaimana?<br /><br />...sigh...<br />Kau tahu, hidupku tidak semakin baik. Aku membaca tulisan-tulisan yang kutoreh di badanmu. Aku teringat betapa dulu aku muak dengan tempat itu - kau tahu di mana itu - betapa aku ingin membuang jauh-jauh kegundahanku tentang orang-orang di sekelilingku - yang kau tahu juga siapa mereka. Aku teringat ketika hatiku lelah memikirkan itu setelah selarut itu aku baru sampai ke kosan di belakang kantor.<br /><br />Kupikir aku akan menjadi manusia lebih baik saat berpijak di tempat yang begitu tinggi ini. Tempat di mana aku bisa menjadi wangi, bersih, santun, hebat, dan kuasa. Aku bertemu dengan orang-orang ambisius yang punya visi untuk memajukan negara ini. Meski ada juga yang mereka-mereka yang hanya ingin duduk santai dan menunggu berkah duit kala di luar negeri.<br /><br />Tapi, hatiku meronta. Aku tidak suka di sini. Di tempat itu, aku lusuh, kusam, jelek, dan bau. Tapi aku menikmati kala debu-debu kotor Surabaya menerpa pipiku sambil kutegak es degan di pinggir jalan raya Sidoarjo. Kalau tidak ada perempuan - apalagi pria - yang mau menoleh ke arahku, pun aku tidak keberatan. Biarlah kakiku terus melangkah jauh dan terus mencari sumber kegundahan itu. Tapi ketika ku ingat lagi tentang eksistensi mereka yang begitu teguh, aku luluh, dan aku hanya sebuah kerikil yang mudah tersandung. Lalu, aku yakin, aku tidak salah....<br /><br />Kau masih mendengarku, bukan? Sekarang mari aku ceritakan soal apa yang sedang aku tunggu. Yah, aku menunggu kabar dari Palmerah. Tapi...entah kenapa mereka begitu lama memutuskan. Rasa-rasanya, aku tidak akan mendapat kabar baik apa pun dari sana. Ya sudah, aku menyerah saja, dan mengabarkan tempat-tempat lain yang tertarik denganku. Aku hanya ingin kembali ke asalku, apa salah?<br /><br />Ah sudah terlalu panjangkah aku menulis? Kau masih marah padaku? Yah, kau berhak melengos...tapi tolong jangan larang aku untuk menyapamu, ya...<br />Besok aku hendak kembali, tolong buka pintu barang sedikit. Aku mau teh hangat, tapi kalau kau masih kesal, segelas air putih juga tak apa.<br /><br />-Salam-<br />PS: Aku mau melihat diriku lagi melalui view finder-mu....binoculartelescopehttp://www.blogger.com/profile/00132176678396285464noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-36118495.post-83187426687166486982007-11-04T01:45:00.000-07:002007-11-04T01:51:08.332-08:00I have backpackI have a backpack that is used to accompany me to see how glorious world is. It was a nightfall feast at the crowded street of Barcelona, there was an ugly fat whore who blinked the eye on me near Moulin Rouge, Paris, or had had a crazy shopping across orchard road, Singapore.<br /><br />And there it was, my backpack on my back! It is yearning to be packed and put on the back, again...maybe, just maybe, one day, we will be on the way to Nepal...binoculartelescopehttp://www.blogger.com/profile/00132176678396285464noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-36118495.post-92156178131263690002007-08-26T02:50:00.000-07:002007-08-26T04:02:27.119-07:00escapeescape=melarikan diri<br /><br />belok ke pantai, kata Rangga dan Cinta<br />nihonjin wa umi e magaru to iimasu<br /><br />kalau tidak malam ini, kapan lagi? aku tak punya banyak kesempatan!<br /><br />tapi...temanku tak boleh lari...tak boleh belok ke pantai, tidur di bukit, atau melenggang di keriuhan pesta<br /><br />ah...tunggu saja, suatu saat aku akan melarikan diri lagi<br />tidak belok ke pantai, tidak tidur di bukit, tidak juga melenggang di keriuhan pestabinoculartelescopehttp://www.blogger.com/profile/00132176678396285464noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36118495.post-53528829480606411182007-08-21T02:57:00.000-07:002007-08-21T08:42:48.180-07:00sucks!aku merasa sebal hari ini<br /><br />karena seseorang yang begitu menyebalkan<br /><br />di tempat yang begitu menyebalkan ini!binoculartelescopehttp://www.blogger.com/profile/00132176678396285464noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-36118495.post-21225881579409687102007-08-18T00:31:00.000-07:002007-08-18T00:48:06.797-07:00tooi tokoroyamete!<br />tsukarerun da...<br />kedo, tooi tokoro e ikitai da...<br /><br />hahaha<br />kore wa boku no seikatsu da<br />ooi umoa, ooi muda<br /><br />baka mono...boku wa dare?binoculartelescopehttp://www.blogger.com/profile/00132176678396285464noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36118495.post-38072917057658146032007-08-16T03:49:00.001-07:002007-08-16T04:03:12.019-07:00pakai tubuhku atau kupakai tubuhmudokter harus tak lama periksa tubuhku...<br />gerayangi saja tubuhku, pakai semua bagian tubuhku, bahkan kalau kau mau, siksa aku...<br />asal kau beri aku surat itu<br />kalau tidak, akan kupakai dan kugerayangi tubuhmu dengan bagian tubuh orang-orang mati yang kuambil dari kuburan baru.<br />ini yang dilakukan Lord Yorimasa sebelum bertemu Lady Midori dalam kisah-kisah Klan Okumichi karya Takashi Matsuoka.binoculartelescopehttp://www.blogger.com/profile/00132176678396285464noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36118495.post-85212576705534405132007-08-16T03:29:00.001-07:002007-08-16T03:49:22.396-07:00di pojokan pojok kopikata obik, kartu kuning harus didapat di daerah masing-masing sehingga dia harus ke bali. aku bilang, nakallah sedikit dan bayar mereka-mereka yang menggedok kertas dengan macam-macam stempel itu.<br /><br />iwon bilang, dia harus memasang jaringan komputer di kantor abangnya, hingga kini, kemajuannya baru 10 %. aku bilang, kau terlalu malas bahkan untuk menjadikannya 10,05 %.<br /><br />robert tak pernah puas bermain cradle of rome karena begitu banyak pengganggu, yaitu aku yang tiba-tiba datang dan iwon yang tak hentinya "ngences" melihat that fucking jackass american sex movie. aku bilang, "ah, drop it, you two! and try to play diablo II XP!"<br /><br />kami berakhir di coffee corner, sebuah kedai kopi dengan konsep menyatu dengan klinik mata. obrolannya tak penting. seputar belahan dada wanita yang menonjol yang duduk di ujung meja sana, tebak-tebakan jayus seperti..."binatang apa yang hanya terdiri dari satu huruf" dan "ikan apa yang gaul"..., juga mencoba men-download naruto shippunden nomor 24. tapi kami tertawa.<br /><br />ini tak penting tapi menyenangkan, dan sudah lama sekali aku kehilangan rasa menyenangi hal-hal yang tak penting. bisa tolong aku beritahu apa itu "senang" dan apakah "tidak penting" itu menyenangkan?binoculartelescopehttp://www.blogger.com/profile/00132176678396285464noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36118495.post-65647851009956577172007-07-06T08:24:00.000-07:002007-07-06T09:22:28.947-07:00kokoro, tasukete!22.30, owarimasu!<br />demo, zehi taihen da yo. yoku kaku koto ga dekimasen ne.<br />kyou, minami e itta. tomodachi wa hi datta. mochiron, atsukatta.<br />1 jikan gurai, dandan nemuku natta.<br />kono sabishii basho ni tomete, mizu o nonde, sukoshi...iye...takusan omotta...<br /><br />debu-debu itu menerpa pipiku saat selesai kuteguk segelas es degan. di depanku hamparan sawah entah milik siapa.<br /><br />doshite boku wa koko ni iru? kokoro da to iimasu<br /><br />ah, sudahlah...kalau ini memang hidupku, aku harus menutup mata, membentangkan kedua tangan dan merasakan debu itu sekali lagi, lagi, dan lagi, hingga aku merasakannya sebagai salju, bahkan hingga aku tak lagi ada di bumi.<br /><br />Satu-satu aku lihat mereka terbang dengan sayap aneka bentuk, aneka warna. aku pun bersayap, hanya orang lain yang bisa melihat bentuk dan warna sayapku. tapi, sampai sejauh mana aku bisa terbang dimasaku yang bergairah ini? haruskah menunggu hingga rambut ini memutih untuk melihat Cina, raja-raja bumi, dan Peru, seperti harapan bjork?<br /><br />suatu hari aku akan tidur terlentang di pinggir pantai Fiji, sendiri atau dengan seseorang, siapa saja, dengan mp3 player yang memainkan lagu "If I Fall" Aqualung.<br />dan ketika aku benar-benar jatuh, aku tak tahu apa ada seseorang yang menangkapku, apakah sayapku masih bisa mengepak.<br /><br />23.00, uchi e kaeru<br />dareka, tasukete...binoculartelescopehttp://www.blogger.com/profile/00132176678396285464noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-36118495.post-16796149087618099972007-05-14T07:15:00.000-07:002007-05-14T07:31:02.648-07:00lelucon ini tak lucuAku membenci kata “cinta”. Tapi kepadanya, aku berlutut dan menyuguhkan kata ini, bahkan dari relung hati terdalamku. Mungkin Tuhan sedang bermain-main dengan hatiku, entah kalau hatinya, dengan lelucon yang sama sekali tak lucu.<br /><br />Malam itu, begitu juga malam-malam sebelumnya, aku mengetuk pintu rumahnya. Dia menyambutku dengan balutan daster yang itu-itu juga, dengan senyum tipis yang membuat hatiku menyejuk.<br /><br />Aku duduk di satu kursi. Dia duduk di satu kursi lain di sampingku, sambil mengatupkan kedua lututnya dan menarik ujung daster itu hingga ke bawah lutut. Itu mungkin gerakan refleks perempuan yang memakai rok, aku tak peduli. Yang kunanti adalah saat dia mulai pembicaraan: sebuah tarikan napas panjang, bahu dan dadanya sedikit terangkat. Dan dengan satu hembusan napas panjang lagi, bahu dan dadanya kembali melemas.<br /><br />“Hey, pulang kerja ya? Makan dulu nih,”<br />dan tak ada yang bisa menolaknya ketika dia sudah mengambilkan ini-itu ke piring di hadapanmu.<br /><br />Mungkin aku menyesal telah mengenalnya, mungkin juga tidak, aku tak tahu. Tapi aku hanya tak mau rasa ini hancur ketika dia berhenti berpura-pura. Badan ini sudah telanjur membumbung tinggi dengan khayalan-khayalan yang tak guna. Dan aku sadar khayalan itu tak akan pernah tertambat, karena memang dia melambung pada ruang hampa yang tak terhingga luasnya.<br /><br />Aku dan dia punya 1.000 topeng. Dia sedang memakai salah satu topeng itu, tapi aku tak tahu yang mana. Aku tidak memakai topeng, hanya sebuah hiasan mata yang kerap dipakai pada pesta mardi grass di Brazil, atau pesta topeng di Venice. Dia masih bisa melihat hidung dan bibirku, mungkin dia membaca apa yang kulantunkan, apa yang kenapaskan. Sementara lantunan dan napas naturalnya tersaring melalui topeng itu.<br /><br />Itulah sebabnya kukatakan, Tuhan sedang bermain dengan lelucon yang sungguh-sungguh tak lucu.binoculartelescopehttp://www.blogger.com/profile/00132176678396285464noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-36118495.post-618876918529012312007-02-08T06:32:00.000-08:002007-02-08T06:45:51.367-08:00unlucky me...tak perlu intro, langsung saja!<br /><br />pertama, kereta mutiara timur terlambat hingga pukul 23.30. AKu sudah beli nasi bebek goreng di depan kantor Kabupaten, rencananya akan disantap segera selagi panas di atas kereta. Rencana itu batal, nasi sudah keburu dingin, bebeknya jadi terlalu keras.<br /><br />kedua, aku duduk di barisan paling depan, dekat dengan pintu antargerbong yang mana seluruh penumpang terlalu malas menutup kembali setelah membukanya. akibatnya suara berisik perputaran roda di atas rel senantiasa kudengar. aku tak bisa tidur. berulangkali pula aku suruh orang-orang yang lewat pintu untuk menutup pintu kembali, termasuk petugas pemeriksa karcis.<br /><br />ketiga, dari atas tempat dudukku menetes air AC, membasahi selimut yang kupakai. makin tak bisa tidur. rupanya bangku di belakang kosong, pindahlah aku ke belakang. lumayan, bisa meregangkan kaki setelah pegal-pegal mendaki ijen.<br /><br />keempat, semakin tak bisa tidur. dari barisan paling belakang terdengar suara dengkur seseorang yang tak tahu diri, tak berperasaan, tak bermoral. Dengkur itu berirama iblis, berbunyi setan, bertenaga babi yang entah kekenyangan atau kelaparan. bahkan ketika aku sudah berteriak sedikit kencang, "woi, ngorok kau!" dengkur itu tak terhenti. orang lain juga menggerutu.<br /><br />kelima, kereta api semakin terlambat, karena sambungan gerbong dua, gerbongku, dengan gerbong satu di depan tidak kuat. dini hari, aku sempat mengintip beberapa orang ribut soal sambungan gerbong itu. Aku sudah terlalu mengantuk, kutinggal saja mereka sibuk, biarkan aku tidur!<br /><br />keenam, kereta sampai di surabaya pukul 9.00 yang seharusnya pukul 5.00. rancana tidur lebih lama di atas kasur empuk kamar kos yang menyenangkan batal! aku hanya tidur beberapa jam sebelum mandi, dan berangkat lagi untuk liputan.<br /><br />ketujuh, sialnya minggu itu begitu sepi berita, dan aku hanya membuat berita sisa dari Banyuwangi.<br /><br />lengkaplah sudah tragedi ini.<br /><br />hei, untung saja aku menyempatkan makan spagheti di rumah memy ditemani si mochi yang begitu gendut.binoculartelescopehttp://www.blogger.com/profile/00132176678396285464noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36118495.post-9638336966922248902007-02-05T17:00:00.000-08:002007-02-05T17:06:34.075-08:00Sang Ratu, Raja Kopi, dan Teddy BearUgh! Aku ke ujung timur pulau ini! Kalau tak bisa kubatasi keinginan ini, barangkali kini aku masih di Bali, lanjut ke Lombok...<br /><br />Tugas membawaku ke Banyuwangi. Para pegawai negeri sipil berdemo, menuntut Bupati Ratna Ani Lestari lengser dari jabatannya. Mereka didukung sebagian kecil warga dan empat fraksi di DPRD, menyisakan satu fraksi yang masih mendukungnya sebagai bupati yang sah. Bupati Ratna tutup telinga. Tetap melenggang sana-sini, enggan menemui para demonstran. Bahkan, para kyai yang tergabung dalam Forum Ulama Banyuwangi Bersatu pulang gigit jari karena diusir, tanpa bertemu dengan sang ratu.<br /><br />Banyak orang beranggapan aksi mogok dan demo ini dimotori oleh segelintir orang masih kecewa karena Ratna menang dalam Pilkada 2006 lalu. Sedikit yang bersuara kalau ini gerakan murni dari rakyat. Suaranya menjadi keras karena teriak-teriak pakai megaphone.<br /><br />Lupakan cerita di atas. Aku dan seorang rekan dari Radio Mandala, berkunjung ke seorang penikmat kopi, sekaligus pemilik ratusan hektar kebun kopi. Seseorang yang rela keliling dunia untuk mencicipi beragam citarasa kopi. Seseorang dengan segudang alat pembuat kopi, espresso, capucino, dan semuanya. Baginya, kopi adalah misteri. Semakin banyak tahu, semakin banyak misteri kopi itu dia temukan, belum terkuak.<br /><br />Si penikmat kopi yang ramah. Misinya sederhana. Negeri ini merupakan penghasil kopi terbesar kedua. Tapi tak ada citarasa yang mengesankan dari kopi-kopi yang ada. Maka, dia mulai bereksperimen, membuat kopi yang nikmat. Tak usahlah kujelaskan bagaimana rasanya. Tips darinya: kalau suka kopi pergilah ke coffee bean, jangan ke starbucks!<br /><br />Bagiku, seduhan kopi campuran arabica dan robusta racikannya lebih dari cukup. Nikmat, hingga rasa asam itu lama menempel di mulut.<br /><br />Dan keretaku pun berangkat pukul 23.00. Sementara inilah aku, seperti orang bodoh, kekenyangan makan rujak soto, pusing tujuh keliling mengatur rencana menghabiskan waktu. Jarum pendek jam tanganku mengarah ke angka 3.<br /><br />Seorang rekan berkata, “Kalau belum ke Ijen, berarti belum ke Banyuwangi,”<br />Nah! Untuk menegaskan kalau aku sudah ke Banyuwangi, merengeklah aku untuk ke Ijen. Jarum pendek sudah ke angka 4. Rekan dari Radio Mandala tadi mengumpulkan pasukannya, berangkatlah kami berempat ke Ijen.<br /><br />Sampai di kawasan perkemahan, langit semakin memerah. Kalaupun sampai di kawahnya pasti malam. Senter tak ada. Aku tanpa persiapan, hanya bercelana pendek, sepatu sandal. Naik? Yup!<br /><br />Matahari sudah benar-benar hilang. Sekitar 40 menit aku dan seorang rekan sampai di pos bunder. Dua lainnya kembali ke bawah. Angin begitu kencang, bulu-bulu kakiku melandak. Tiba-tiba ada hasrat untuk memiliki hiasan dari belerang untuk dipajang di atas komputer kantor. Belilah aku satu. Ada-ada saja, si penjual di pos bunder itu menawarkan hiasan belerang berbentuk teddy bear!<br /><br />Yah, meski tak sempat melihat kawah Ijen, setidaknya sudah sampai ke pos bunder dengan sebuah bangunan belanda yang menghiasinya. Atau menghantuinya? Karena tak seorangpun boleh tidur di dalamnya. Tak lama, kami turun, berlari sampai beberapa kali terpeleset, untung tak sampai jatuh. Jarum pendek ke angka 9, aku harus segera ke stasiun Karangasem.<br /><br />Mutiara Timur terlambat hingga pukul 23.30 dan menjadi awal tragedi perjalanan pulangku...binoculartelescopehttp://www.blogger.com/profile/00132176678396285464noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-36118495.post-1165933792181124412006-12-12T05:48:00.000-08:002006-12-13T02:50:02.973-08:00topeng si tikus gotsiapakah aku? tolong jelaskan!<br />setelah aku memakai seribu topeng yang tak mudah dilepaskan.<br />ada beberapa orang yang mampu melepaskannya, tapi tangan mereka telah terikat kuat oleh lidah dengan sumpah yang mematikan.<br /><br />aku lelah memakai topeng ini. sungguh, tuan...ini terlamapu berat...<br />tuan pikir aku sanggup? tidak...suatu saat aku akan melepaskannya juga, dan menjadi tikus bau di dalam got lagi.<br />tuan, tikus tidak akan sanggup bertopeng gajah dan bersuara harimau. tikus hanya mencicit dan lari kalau dilihat ribuan mata, akhirnya sembunyi dalam kegelapan.<br /><br />kalau nyonya berpikir aku harus terus berusaha, maka itu yang aku lakukan. tapi topeng ini suatu saat akan terlepas juga. dia lapuk oleh hujan dan terik matahari, dia rapuh oleh debu dan pasir. topeng ini tak akan selamanya, nyonya. karena itulah aku menjerit ketika sadar menjadi tikus yang egois.<br /><br />tuan, aku tidak peduli lagi dengan lingkungan yang tepat untuk topengku. aku tak pantas menjadi gajah yang bersuara harimau, nyonya. bahkan kalau segelintir orang-orang barat memintaku menahan topeng bahkan dengan kedua tanganku...maaf, aku tak punya lagi tangan.<br /><br />ah, senangnya menjadi tikus got yang bersembunyi di bawah gorong-gorong dan memberi makan sesama mereka yang tak bertopeng.binoculartelescopehttp://www.blogger.com/profile/00132176678396285464noreply@blogger.com1