Binocular Telescope

Monday, August 31, 2009

meja makan

Rasanya ingin lagi duduk di meja makan bersamanya, di rumah menaranya. Hidangannya tidak pernah tampak mewah, tapi apa pun yang tersaji di atasnya tidak pernah mengecewakan. Kalau tak berselera, kubuka saja kulkasnya dan semua makanan mengejutkan ada di sana.

Lalu kami duduk di sofa menghadap televisi, sambil mengelu-elus kucing mirip rongrong yang mendengkur malas. Dia menjatuhkan badan dan kepalanya di badannya, sementara kaki-kakinya menendang-nendang kecil ke pahaku. Kapan terakhir dia mandi, tanyaku. Hari Senin kemarin, kamu tidak lihat pita baru yang melingkar di lehernya, dia menjawab. Pita itu merah dengan motif kucing-kucing kecil, dan ada liontin lonceng di tengahnya. Dia bercerita tentang hari-harinya yang membosankan, aku bercerita tentang hari-hariku yang kepanasan.

Hingga larut malam kami berbincang sampai aku terlalu malas untuk beranjak. Tapi aku harus pulang, karena ini bukan akhir pekan. Akhir pekan bukan milikku, dia bersama yang lain meski lewat telepon.

...hhh...
jadi...aku apa baginya?

Dan semalam aku berjanji untuk datang ke rumah menaranya, duduk di meja makannya, menyantap hidangan tak istimewa itu. Lalu, kami akan duduk di sofa depan televisi sambil mengelus-elus kucing yang mirip rongrong. Dia mendengkur di antara kami. Aku pasti terbang ke sana.

....sampai kapan, lik?....

NB: untuk dia yang selalu jadi alasan aku rela meninggalkan semuanya...

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home