Binocular Telescope

Sunday, May 24, 2009

Risiko si Bangsat

Satu sudah takluk. Kami bicara empat mata dalam ruang kecilnya, pada pukul 7.00 jumat malam. aku utarakan semua tentangku, siapa aku, apa yang aku lakukan, tentang hibernasi berkepanjangan ini. Lalu dia menangis, seoalah saya adalah satu yang berani diantara ribuan yang jadi pengecut di sini.

Mungkin aku salah menutuskan ini terlalu dini? tapi apakah aku punya kesempatan lain lagi? aku rasa tidak. Dan ini memang menjadi konsekuensi seorang pembohong yang keluar dari perusahaan raksasa, perusahaan yang bisa memberiku harta, prestise, dan semua mimpi untuk tetap memegang notes kecil dan pulpen. Tapi...aku adalah bangsat. Ini soal prinsip kejujuran.

Lalu, apakah aku akan mati di majalah ini? aku tidak tahu, bahkan aku tidak mau memikirkan itu. Yang aku tahu, bahwa semua yang aku tulis adalah tentang Golf. sempit memang, tapi itu adalah konsekuensi bagi seorang yang hanya punya pengalaman sebentar-sebentar di beberapa perusahaan. Kata orang aku bisa menjual diri, tapi hey! tidak sama sekali!

Jadi, aku akan tetap pada pendirian ini. Menjadi diri sendiri, melonggarkan keinginan semu. Ya, aku punya keinginan, ya ak ingin jalan-jalan keluar negeri. Tapi dengan sebuah kebebasan yang aku taruh di ransel atau di sela-sela buku perjalanan. Atau di dalam tas kameraku. Lalu suatu saat, kata Nuki, aku bisa menolong anak-anak miskin di India. Kalaupun tidak menolong, aku hendak memotret mereka, lalu memperlihatkannya pada dunia.

Itu semua sudah cukup. Majalah ini memberiku gaji lumayan, tinggal bagaimana aku mengatur keuanganku.

Kalau pun aku tidak menjadi apa-apa, itu adalah sebuah risiko seorang bangsat yang terus menerus tidak dewasa.

Itulah aku.

2 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home