Binocular Telescope

Monday, December 04, 2006

dia tak senang melihatku makan sate kelinci, tapi...

"Kalo lo boleh milih, lo pingin ditempatin sama sapa?"
"Elo!" ujarnya sambil tertawa dan menyandarkan kepalanya ke bahuku.
"Kalo elo?" tanyanya balik
"Elo!" kataku sambil tersenyum.

Kami pun tertawa, kepalanya kembali singgah ke bahuku. Tangan kanannya masih merangkul tangan kiriku. tak ada yang tahu percakapan ini, rekan lainnya berjalan terlalu cepat di depan.

Si kurus itu mengorek semua tentangku hingga bisa kupanggil dia sahabat.

dan ketika dia tak lagi di sini, aku kehilangan setengah semangatku.
dia yang nakal telah membuka mulutku lebar-lebar untuk berbagi cerita apa saja, kapan saja. dia pernah ingin menamparku ketika aku makan sate kelinci. Tapi di saat lain, dia rela kubonceng berkeliling kauman subuh-subuh, mendengarkan keresahanku.
dia pernah terkikik saat aku menyebutkan kata-kata "lansuir" ketika yang lain sibuk menemukan nama yang tepat untuk "koran" kita
dia juga pernah cemberut ketika keju si ominyominyo aku makan. Tapi dia biarkan kupeluk kucing berbulu itu...(hingga setengah kucekik, saking gemasnya?)

"Madonna" yang tak sebahenol Madonna, dia rekan kerja terbaikku.

kami bersepeda menyusuri perkotaan dan persawahan di kota wali
aku dan dia sempat merasa aman di tengah senandung Al Quran dari para santri di penginapan Rp 20.000.
kami pernah makan belimbing hingga aku mencret, makan jambu hingga mulas.
pintar sekali dia berbahasa Jawa hingga aku tak tahan untuk berbahasa Jawa juga, meski dengan logat kasar Surabaya.
Aku dan dia juga sempat hitchin' a ride tanggung dengan mobil bak terbuka. ujung-ujungnya, ganti juga dengan angkot.
kami pernah kenal dengan kang iwan, seorang pegundah tulus yang punya seribu mimpi untuk mendapatkan kerja.
Bahkan aku senang melihatnya shalat di masjid itu.
Tapi kami tak sempat tidur sekamar, selantai

aku begitu senang ketika semua rekan mengira kami berdua akan ke padang
anjing! terpaksa kutangisi perpisahan kami, air mata itu hanya kami berdua yang tahu artinya

dia rekan sekaligus sahabat bagiku
hhh....aku kehilangan keduanya...

1 Comments:

  • Jika pertanyaan yang sama dilontarkan kini, "Klo boleh milih, lo mau ditempatin bareng siapa?", jawaban sama akan keluar dari mulutku, "Elo!"
    Bersamamu dan perut buncitmu, aku merasa nyaman. Di telingaku, kusimpan rapat curahan hati yang tak seorangpun tahu, akan kujaga selamanya. Bersamamu, aku mengenal Kang Iwan. Dan hanya kau yang pernah melihatku berdialog Tuhan di Masjid peninggalan Kerajaan Demak.
    Rindu aku pada masa itu. Kenangan tentangmu membuatku benci keadaan yang mencabutku dari sisimu. Namun, keadaan itu membuatku sadar, tidak ada yang berubah di antara kita. Aku dan kamu tetap sahabat... Dan akan kujaga selamanya.

    By Anonymous Anonymous, At 7:55 PM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home